Al-Hasib, Yang Maha Memberi Kecukupan
Di antara nama-nama Allah yang indah adalah Al-Hasib, Yang Maha Memberi Kecukupan. Nama Allah ‘Azza wa Jalla yang maha agung ini disebutkan dalam beberapa ayat Alquran:
وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
“Dan cukuplah Allah sebagai pemberi kecukupan.” (an-Nisa/4: 6).
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapapun selain kepada-Nya. Dan cukuplah Allah sebagai pemberi kecukupan” (al-Ahzab/33: 39).
Berdasarkan ayat di atas, para Ulama telah menetapkan nama al-Hasib sebagai salah satu dari nama-nama Allah‘Azza wa Jalla yang maha indah.
Asal kata nama ini menunjukkan empat pengertian, salah satunya adalah al-kifayah (memberi kecukupan).
Maka, makna nama Allah al-Hasib adalah Yang Maha Mencukupi hamba-hamba-Nya dalam semua kebutuhan mereka, baik dalam urusan agama maupun urusan dunia, Dia ‘Azza wa Jalla yang memudahkan bagi mereka segala kebaikan dan mencegah dari mereka segala keburukan.
Termasuk makna nama-Nya al-Hasib adalah bahwa maha menjaga, menghitung dan mengetahui semua amal perbuatan para hamba-Nya, membedakan antara amal yang baik dan buruk, serta mengetahui balasan yang berhak mereka dapatkan dan kadar pahala atau siksaan yang mereka terima.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah memerinci penjabaran makna nama Allah ‘Azza wa Jalla yang maha agung ini dalam ucapan beliau: “Al-Hasib adalah yang maha mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya, yang maha memberi kecukupan bagi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya, dan maha memberikan balasan (yang sempurna) bagi para hamba-Nya dengan kebaikan atau keburukan sesuai dengan hikmah-Nya dan pengetahuan-Nya tentang amal perbuatan mereka yang besar maupun kecil.
Al-Hasib juga bermakna yang maha mengawasi dan memperhitungkan amal perbuatan hamba-hamba-Nya, serta memberikan balasan bagi mereka dengan keadilan yang sempurna dan keutamaan dari-Nya. Juga bermakna yang maha mencukupi hamba-Nya dalam kesedihan dan kekalutannya. Lebih khusus dari semua itu, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla maha memberi kecukupan kepada orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (ath-Thalaq/65:3)
Artinya: Allah ‘Azza wa Jalla akan memberikan kecukupan baginya dalam segala urusan agama dan dunianya.
Demikian juga, makna al-Hasib adalah yang maha menjaga dan memperhitungkan semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, yang baik maupun buruk. Jika amal baik maka akan mendapatkan balasan yang baik, dan jika buruk maka akan mendapatkan balasan yang buruk. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِين
“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikuti (petunjuk)mu” (al-Anfal/8:64)
Artinya: Allah akan memberikan kecukupan perlindungan bagimu dan bagi orang-orang yang mengikuti petunjukmu. Maka kecukupan dari Allah bagi hamba-Nya adalah sesuai dengan kesungguhan hamba tersebut dalam mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir dan batin, juga sesuai dengan penghambaan dirinya kepada Allah ‘Azza wa Jalla ”.
Kecukupan yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada makhluk-Nya ada dua macam, yaitu:
Pertama: Kecukupan yang bersifat umum, meliputi semua makhluk-Nya, yang beriman maupun yang kafir, yang taat kepada-Nya maupun yang durhaka, yaitu dengan menciptakan, menolong, menyiapkan dan memberikan segala keperluan untuk kelangsungan hidup mereka di dunia, berupa makanan, minuman dan penunjang kehidupan dunia lainnya.
Keddua: Kecukupan yang bersifat khusus dari-Nya, ini hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan bertawakkal kepada-Nya. Dengan inilah Allah ‘Azza wa Jalla memperbaiki dan meluruskan semua urusan mereka, baik yang berhubungan dengan agama maupun dunia.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (ath-Thalaq/65:2-3)
Artinya: Barangsiapa yang percaya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam memasrahkan semua urusan kepada-Nya maka Dia akan mencukupi segala keperluan dan urusannya, baik yang berhubungan dengan agama maupun dunia.
Salah seorang ulama Salaf berkata, “Cukuplah bagimu untuk melakukan tawassul (sebab yang disyariatkan untuk mendekatkan diri) kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan Dia mengetahui tawakal yang benar kepada-Nya dalam hatimu, berapa banyak hamba-Nya yang memasrahkan urusannya kepada-Nya, maka Dia pun mencukupi semua kebutuhan hamba tersebut”. Kemudian Ulama ini membaca ayat tersebut di atas.
Dalam ayat lain, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِين
Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikuti (petunjuk)mu” (al-Anfal/8:64)
Ayat ini menunjukkan bahwa kecukupan dari Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-Nya adalah sesuai dengan kadar keimanan dan kesungguhan hamba tersebut dalam mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keimanan yang benar terhadap nama-Nya yang maha agung ini akan menumbuhkan dalam diri seorang hamba sikap tawakkal yang benar kepada Allah ‘Azza wa Jalla , sikap yang merupakan sebab utama untuk meraih kecukupan dan pertolongan dari-Nya dalam semua urusan yang dihadapi hamba tersebut. Maka, jika seorang Mukmin bertawakkal dengan benar kepada Allah ‘Azza wa Jalla , dengan menyandarkan hatinya secara utuh dan sempurna kepada-Nya dalam mengusahakan semua kebaikan dan mencegah semua keburukan, disertai dengan keyakinan dan sangka baik kepada-Nya, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan memberikan kecukupan yang sempurna kepadanya, memperbaiki keadaannya, meluruskan semua ucapan dan perbuatannya, serta melapangkan semua kesusahan dan kesedihannya.
Ayat-ayat Alquran menjelaskan bahwa penghambaan diri dan tawakkal yang benar kepada Allah ‘Azza wa Jallamerupakan perkara yang wajib dilakukan untuk meraih kecukupan dari-Nya yang khusus diperuntukkan-Nya kepada para kekasih-Nya dan hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (ath-Thalaq/65: 3)
Dalam ayat lain, Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
“Bukankan Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya?” (az-Zumar/39: 36)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla termasuk sebab yang paling kuat untuk melindungi diri seorang hamba dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan orang lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Allah ‘Azza wa Jalla akan memberikan kecukupan kepada orang yang bertawakkal kepada-Nya. Barangsiapa yang telah diberi kecukupan dan dijaga oleh Allah ‘Azza wa Jalla , maka tidak ada harapan bagi musuh-musuhnya untuk bisa mencelakakainya. Bahkan dia tidak akan ditimpa kesusahan kecuali sesuatu yang mesti dirasakan oleh semua makhluk, seperti panas, dingin, lapar dan dahaga. Adapun gangguan yang diinginkan musuhnya, selamanya tidak akan menimpanya. Dengan demikian jelas sekali perbedaan antara gangguan yang secara kasat mata menyakitinya, meskipun pada hakikatnya merupakan kebaikan baginya untuk menghapuskan dosa-dosanya dan untuk menundukkan nafsunya, dan gangguan dari musuh-musuhnya yang dihilangkan darinya.
Salah seorang ulama Salaf berkata: “Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan bagi setiap perbuatan balasan dari jenis perbuatan itu, dan Dia menjadikan balasan bagi hamba yang bertawakkal kepada-Nya adalah kecukupan dari-Nya untuk hamba tersebut.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (ath-Thalaq/65: 3)
Dia tidak berfirman, bahwa barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Kami akan memberikan kepadanya pahala sekian dan sekian, sebagaimana dalam amal-amal shaleh lainnya. Akan tetapi, Allah ‘Azza wa Jallamenjadikan diri-Nya sebagai pemberi kecukupan, pelindung dan penolong bagi hamba-Nya yang bertawakal kepada-Nya. Maka kalau seorang hamba bertawakal kepada-Nya dengan tawakal yang sebenarnya, kemudian langit dan bumi beserta semua makhluk yang ada di dalamnya ingin memperdayainya (mencelakakannya), maka sungguh Allah ‘Azza wa Jalla akan memberikan jalan keluar, melindungi dan menolong hamba tersebut”.
Makna inilah yang terungkap dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca: Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, wala haula wala quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “Kamu telah diberi petunjuk, dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”. Sehingga setan pun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana mungkin kamu bisa mencelakakan seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga oleh Allah?”(HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Artinya: diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan lurus, diberi kecukupan dalam semua urusan dunia dan akhirat, serta dijaga dan dilindungi dari segala keburukan dan kejelekan, dari setan atau yang lainnya.
Demikian juga, keimanan yang benar terhadap nama-Nya yang maha agung ini akan menumbuhkan dalam hati seorang hamba perasaan takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla semata dan tidak takut kepada gangguan makhluk dalam menegakkan agama-Nya, karena dia meyakini bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan selalu menjaga dan melindungi hamba yang selalu bertakwa dan menegakkan agama-Nya.
Allah ‘Azza wa Jalla memuji para Sahabat yang merealisasikan sikap ini dalam menghadapi gangguan dan ancaman orang-orang kafir, dalam firman-Nya:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul-Nya) yang ketika orang-orang berkata kepada mereka: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu (justru) menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung” (Ali ‘Imran/3:173)
Sikap ini pulalah yang ditunjukkan oleh Nabi Allah ‘Azza wa Jalla yang mulia, Ibrahim Alaihissallam ketika beliau dilemparkan ke dalam api oleh musuh-musuh beliau, karena telah menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah.
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata, “Ucapan terakhir Nabi Ibrahim ‘alaihissallam ketika dilemparkan ke dalam api (adalah): “Hasbiyallahu wani’mal wakil” (cukuplah Allah menjadi Penolongku dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung)
Demikianlah, dan kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya, serta kecukupan dan penjagaan dari-Nya. Sesungguhnya Allah Maha memberi kecukupan dan Maha Mengabulkan doa.
*****
Narasumber:
Di-repost dari tulisan Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni di majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XV/1433H/2012 melalui https://khotbahjumat.com/3822-al-hasib-yang-maha-memberi-kecukupan.html